- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Perumpamaan tentang anak yang hilang ini bercerita tentang seorang ayah yang memiliki dua anak. Anak yang bungsu meminta bagian hartanya kepada ayahnya lalu pergi merantau. Namun di perantauan si anak bungsu ini hidup berfoya-foya hinggan jatuh miskin, pada akhirnya memutuskan untuk kembali pulang kerumah ayahnya.
Awal kembalinya "si anak sulung" ini adalah dimana dia sadar telah melakukan hal yang salah, bersikap tidak benar. Dan dia sadar dengan kesalahan itu dia akan menerima konsekuensi. Dan bersiap dengan penghukuman apapun yang akan diberikan (turun posisi sebagai orang upahan). Dan yang terpenting adalah pengakuan tulusnya bahwa dirinya sudah berdosa terhadap sorga. Berikut Perumpamaan Tentang Anak yang Hilang dalam Alkitab :
Lukas 15 : 11 - 32
- Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki.
- Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.
- Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.
- Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat.
- Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya.
- Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya.
- Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.
- Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,
- aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.
- Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.
- Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa.
- Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya.
- Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita.
- Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.
- Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian.
- Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu.
- Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat.
- Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.
- Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.
- Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia.
- Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu.
- Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali."
Apa yang menjadi gambaran dan pelajaran dari perumpamaan tentang anak yang hilang ini adalah PENGAMPUNAN. Allah kita adalah Allah kasih. Mengharapkan kita membuka hati, menyadari kesalahan / dosa - dosa kita, lepas dari bayang-bayang gelap dan kembali pada-Nya.
Baca Juga : Bayang-bayang Gelap
Baca Juga : Bayang-bayang Gelap
Allah sendiri tahu bahwa kita ciptaan-Nya yang memiliki sifat bebas. Bebas melakukan apa yang kita mau, bahkan Allah tahu kita akan jatuh kedalam dosa. Namun DIA bukan menghukum kita, akan tetapi terus berharap kita kembali pada-Nya dan menyambut kita dengan sukacita.
Begitu juga kita dalam setiap kehidupan kita, hendaklah dapat belajar dari kehendak Allah melalui perumpamaan tentang anak yang hilang ini, lebih memandang pada kesediaan kembali orang berdosa daripada memandang dosanya.Apabila Allah sendiri memaafkan, mengapa kita sebagai ciptaan Allah tidak memaafkan. Hendaklah kita tidak saling menghakimi agar kita dapat merasakan kasih Allah yang begitu besar kepada kita.
Semoga menjadi bahan renungan bagi kita untuk dapat bertumbuh dalam iman.
Tuhan Memberkati
Komentar
Posting Komentar
Silahkan berkomentar dengan etika. Terima kasih